PSLH UIN Ar-Raniry bahas Pengelolaan Sampah dan Ekonomi Sirkular di Lhoknga

Assalam News | Banda Aceh – Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UIN Ar-Raniry Banda Aceh mengadakan diskusi kelompok terarah membahas pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di Lhoknga, kegiatan tersebut berlangsung di Aula Kantor Camat Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Selasa (06/08/2024).

Acara tersebut dihadiri oleh 30 peserta, terdiri dari perwakilan Camat Lhoknga, Geuchik Gampong Naga Umbang, Geuchik Gampong Mon Ikeun, dan perangkat Gampong lainnya. Selain itu, seluruh responden yang berpartisipasi dalam sampling domestik maupun komersial tersebut juga turut berhadir mewakili berbagai elemen masyarakat.

Diskusi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan ini bertujuan untuk mendapatkan perspektif yang komprehensif mengenai pengelolaan sampah yang menjadi isu utama dalam hal ini.

Selain itu, tujuan umum diberlakukan diskusi kelompok terarah ini ialah untuk menguji ide atau konsep yang ingin diterapkan dan membangun konsensus mengenai langkah-langkah yang perlu diambil dalam pengelolaan sampah di era sirkular ekonomi.

Acara tersebut diawali dengan registrasi peserta, diikuti dengan diskusi pengisian kuesioner oleh masing-masing peserta melalui 6 orang fasilitator. Selanjutnya, kegiatan dibuka oleh MC Ghefira Rahima, dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Muhammad Ilham Akbar, S.T.

Ketua PSLH UIN Ar-Raniy Dr. Ir. Juliansyah Harahap, M.Sc, IPM, pada saat memberikan sambutan sekaligus laporan latar belakang terhadap kajian tersebut menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang baik karena memiliki dampak besar terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial.

“Kajian ini sangat penting kita laksanakan dikarenakan dengan adanya lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah, maka akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.

Selanjutnya Camat Lhoknga yang diwakili oleh Maharani, juga memberikan dukungan terhadap kegiatan tersebut, ia juga berharap adanya kolaborasi lebih lanjut.

“Kami sangat mendukung kegiatan seperti ini, semoga setelah ini tetap terjalin kolaborasi-kolaborasi lanjutan,” ungkapnya.

Acara tersebut menghadirkan dua pemateri yaitu, Yusrida Arnita, S.Pd, M.Sc. IALI, (pengamat lingkungan) dimana pada saat menyampaikan materi, ia menekankan urgensi penerapan perilaku zero waste dalam kehidupan sehari-hari sebagai langkah penting menuju masyarakat yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Dalam presentasinya, ia menjelaskan bahwa zero waste adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk meminimalkan limbah sebanyak mungkin, dengan harapan dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Yusrida juga menjelaskan bahwa perilaku membuang sampah sembarangan masih menjadi masalah yang sering ditemukan di masyarakat. Menurutnya, ada beberapa alasan utama mengapa hal tersebut bisa terjadi, yaitu ketidakpedulian individu terhadap perilaku mereka sendiri, dimana mereka menganggap bahwa sampah bukan merupakan tanggung jawab pribadi, serta pandangan bahwa sampah bukanlah barang yang bernilai sehingga tidak memerlukan perhatian khusus. Sikap inilah yang harus diubah melalui pendekatan zero waste agar tercipta masyarakat yang lebih peduli dan bertanggung jawab.

Lebih lanjut, Yusrida menyoroti bahwa perubahan perilaku ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang tiga komponen utama dalam sikap manusia, yaitu berpikir (kognitif), emosi (afektif), dan tindakan yang konsisten (konatif). Ia menjelaskan bahwa perubahan perilaku tidak hanya memerlukan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, tetapi juga harus melibatkan perasaan dan emosi yang mendukung, serta tindakan nyata yang dilakukan secara konsisten.

“Dampak dari perubahan perilaku ini tidak hanya dirasakan oleh lingkungan, tetapi juga oleh individu itu sendiri. Perilaku Zero Waste dapat menghasilkan kehidupan yang lebih sehat, jiwa yang lebih tenang, dan memberikan manfaat yang besar bagi makhluk hidup lainnya,” ujar Yusrida.

Menurutnya, jika masyarakat mampu mengadopsi perilaku ini secara luas, maka kita akan menuju ke arah kehidupan yang lebih harmonis dengan alam, di mana sampah bukan lagi menjadi masalah, tetapi menjadi bagian dari solusi menuju keberlanjutan.

Pemateri selanjutnya Syarifah Seicha Fathma, S.T, M.T. (Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Islam Negeri UIN Ar-Raniry Banda Aceh), juga menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang efektif dan efisien di dua Gampong di Kecamatan Lhoknga. Topik yang dibahas mengenai urgensi pengelolaan sampah baik dari aspek teknis maupun non-teknis serta mengeksplorasi potensi daur ulang sampah untuk mendukung lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Kajian ini menemukan bahwa komposisi sampah terbesar di kedua Gampong tersebut adalah sampah organik coklat, terutama makanan, yang mencapai 45,27%. Selain itu, sampah kelapa menempati urutan kedua dengan 32,93%, diikuti sampah halaman sebesar 7,69%, dan plastik kresek LDPE sebanyak 5,53%. Menyikapi temuan ini, Syarifah mengusulkan program inovatif berupa sistem waste collecting Point (WCP) atau yang lebih dikenal dengan sebutan rumah sampah, yang dirancang untuk melayani 20 rumah per unit.

“Sistem WCP ini akan menjadi pusat pengelolaan sampah terpadu yang mengolah sampah berdasarkan jenisnya. Sebagai contoh, sampah batok kelapa akan diolah menjadi cocopeat dan cocofiber, sementara sampah organik seperti makanan dan halaman akan diproses menjadi kompos menggunakan beberapa metode pengomposan, antara lain sistem drum komposter LDPE 150 L, bata berongga, dan aerator bambu. Di sisi lain, sampah plastik akan dicacah menjadi bijih plastik atau dipadatkan menjadi padatan plastik, yang semuanya memiliki nilai jual tersendiri,” tuturnya.

Lebih lanjut, untuk aspek teknis lainnya, kajian ini juga mengeksplorasi alternatif pewadahan sampah yang dapat dipilih oleh masyarakat, seperti penggunaan eco bag, tong sampah terpilah per tiga rumah, dan penggunaan plastik pribadi.

Selain itu, terdapat dua alternatif pengumpulan sampah yang diusulkan, yaitu pola komunal langsung, di mana setiap rumah tangga secara mandiri mengantarkan sampah ke tempat penampungan sampah setiap hari Kamis, serta sistem door to door di mana petugas kebersihan mengambil sampah langsung dari depan rumah warga. Alternatif pengangkutan sampah yang disarankan termasuk pengangkutan manual menggunakan becak viar atau pengangkutan berbasis pewadahan.

Dari sisi non-teknis, aspek regulasi dan kelembagaan menjadi dasar pembentukan struktur kelembagaan WCP yang direncanakan untuk memastikan keberlanjutan sistem pengelolaan sampah tersebut.

Penelitian dan program yang diusulkan oleh Syarifah ini juga diharapkan dapat menjadi solusi nyata bagi masalah pengelolaan sampah di Gampong Naga Umbang dan Mon Ikeun, serta dapat diadaptasi di wilayah lain yang menghadapi tantangan serupa.

Editor: Cut Wulandari Sukma